Apa itu pengangguran struktural?
Pengangguran struktural terjadi ketika ada ketidakcocokan antara kemampuan tenaga kerja yang ada dengan permintaan pekerjaan di pasar tenaga kerja. Dalam kondisi pengangguran struktural, banyak individu yang tidak mampu mendapatkan pekerjaan meskipun mereka memenuhi syarat untuk bekerja. Hal ini terjadi karena kesenjangan yang ada antara keahlian yang dimiliki oleh para pencari kerja dengan kebutuhan dan permintaan pekerjaan di pasar.
Pengangguran struktural pada dasarnya dipengaruhi oleh perubahan struktural dalam perekonomian suatu negara. Misalnya, adanya perubahan dalam teknologi, gaya hidup, dan tuntutan pasar yang berdampak pada pergeseran kebutuhan tenaga kerja. Ketika ada perubahan seperti ini, mungkin saja terdapat sektor atau industri tertentu yang mengalami penurunan permintaan pekerjaan, sedangkan di sektor atau industri lain terdapat kekurangan tenaga kerja yang memiliki keahlian yang sesuai. Akibatnya, terdapat kesenjangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja yang menyebabkan pengangguran struktural.
Dalam konteks Indonesia, pengangguran struktural merupakan masalah yang serius dan perlu diperhatikan. Perekonomian Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat dalam beberapa tahun terakhir, sehingga kebutuhan akan tenaga kerja yang berkualitas pun semakin meningkat. Namun, masih terdapat kesenjangan antara kemampuan tenaga kerja yang ada dengan kebutuhan pasar kerja.
Salah satu penyebab pengangguran struktural di Indonesia adalah rendahnya kualitas pendidikan. Banyak lulusan sekolah atau perguruan tinggi yang menganggur karena mereka tidak dilengkapi dengan keahlian yang sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Kurikulum pendidikan di Indonesia perlu diperbarui agar lebih relevan dengan kebutuhan industri dan memberikan keterampilan yang dibutuhkan oleh dunia kerja.
Tidak hanya rendahnya kualitas pendidikan, tetapi juga rendahnya akses pendidikan bagi masyarakat yang kurang mampu menyebabkan kesenjangan dalam kemampuan tenaga kerja. Hal ini menyebabkan banyak individu yang tidak memiliki keterampilan yang cukup untuk bersaing di pasar kerja.
Upaya untuk mengatasi pengangguran struktural di Indonesia perlu dilakukan melalui berbagai program dan kebijakan. Pemerintah perlu bekerja sama dengan sektor swasta untuk meningkatkan kualitas pendidikan, meluncurkan pelatihan kerja yang sesuai dengan kebutuhan industri, dan membuka akses pendidikan yang lebih luas bagi masyarakat yang kurang mampu. Selain itu, perlu juga adanya pengembangan sektor ekonomi yang berpotensi untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Penting untuk mencatat bahwa mengatasi pengangguran struktural bukanlah hal yang mudah dan membutuhkan upaya yang berkelanjutan dari berbagai pihak. Namun, jika langkah-langkah yang tepat diambil, pengangguran struktural dapat diatasi dan pertumbuhan ekonomi dapat dikembangkan secara berkelanjutan.
Faktor penyebab pengangguran struktural
Pengangguran struktural di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor yang meliputi perkembangan teknologi, perubahan kebijakan pemerintah, dan kurangnya keterampilan yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja. Faktor-faktor ini memiliki peran yang signifikan dalam menciptakan kemacetan di pasar tenaga kerja dan memberikan dampak negatif pada pertumbuhan ekonomi serta stabilitas sosial.
1. Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi yang pesat telah mengubah lanskap ekonomi secara drastis. Penerapan otomatisasi, robotika, dan kecerdasan buatan telah menggantikan pekerja manusia dalam berbagai bidang pekerjaan. Banyak perusahaan yang beralih menggunakan mesin dan teknologi canggih untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, mengakibatkan banyak pekerja kehilangan pekerjaan mereka.
Hal ini terutama berdampak pada pekerja dengan keterampilan yang rendah dan pekerjaan rutin yang dapat digantikan oleh mesin. Mereka terpinggirkan dalam pasar tenaga kerja yang semakin kompetitif dan menghadapi kesulitan dalam menemukan pekerjaan baru.
2. Perubahan Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah juga dapat menyebabkan pengangguran struktural di Indonesia. Perubahan kebijakan terkait peraturan ketenagakerjaan, investasi, dan perdagangan dapat memiliki dampak signifikan pada pasar tenaga kerja.
Salah satu contoh perubahan kebijakan yang berdampakdampak adalah penghapusan subsidi sektor tertentu. Langkah ini dapat menyebabkan penurunan investasi dan penutupan perusahaan yang akhirnya menyebabkan pemutusan hubungan kerja secara massal. Ketidakpastian kebijakan dan regulasi yang tidak konsisten juga dapat menghambat investasi dan pengembangan sektor usaha yang dapat menciptakan lapangan kerja baru.
3. Kurangnya Keterampilan yang Sesuai dengan Permintaan Pasar Tenaga Kerja
Kurangnya keterampilan yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja menjadi faktor penyebab penting pengangguran struktural di Indonesia. Banyak lulusan yang tidak memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri yang berkembang.
Selain itu, tingginya jumlah lulusan di bidang yang sama juga dapat menciptakan ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja. Banyak perusahaan membutuhkan keterampilan tertentu yang hanya sedikit dimiliki oleh lulusan, sehingga mereka sulit menemukan pekerja yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Untuk mengatasi pengangguran struktural, diperlukan upaya yang komprehensif dari pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat secara keseluruhan. Peningkatan keterampilan melalui pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja, serta perumusan kebijakan yang konsisten dan mendukung investasi merupakan langkah penting dalam mengatasi pengangguran struktural di Indonesia.
Dampak negatif pengangguran struktural
Pengangguran struktural dapat berdampak negatif pada kemiskinan di Indonesia. Ketika orang-orang kehilangan pekerjaan mereka akibat perubahan struktural dalam perekonomian, mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, perumahan, dan pendidikan. Ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Orang-orang yang mengalami pengangguran struktural juga cenderung mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan baru yang sesuai dengan keterampilan dan pengalaman mereka, sehingga mengakibatkan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi
Ketimpangan sosial-ekonomi juga merupakan dampak negatif dari pengangguran struktural di Indonesia. Ketika sebagian besar penduduk menghadapi kesulitan ekonomi akibat kehilangan pekerjaan, kesenjangan antara kelompok-kelompok sosial dan ekonomi yang berbeda dapat semakin melebar. Kelompok yang sudah menderita kesulitan ekonomi sebelumnya menjadi semakin terpinggirkan, sementara mereka yang memiliki akses dan keterampilan untuk beradaptasi dengan perubahan struktural dapat tetap berada di jalur pembangunan ekonomi. Ketimpangan sosial-ekonomi yang meningkat dapat memperburuk ketidakadilan dan menghambat upaya pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Pengangguran struktural juga dapat menyebabkan menurunnya produktivitas ekonomi suatu negara. Ketika individu-individu yang kehilangan pekerjaan mereka sulit atau tidak mampu menemukan pekerjaan baru yang sesuai dengan keterampilan mereka, potensi produktivitas mereka terbuang percuma. Hal ini dapat mengakibatkan rendahnya tingkat produksi dalam perekonomian dan menghambat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Selain itu, pengangguran struktural juga dapat mengakibatkan fakta bahwa individu-individu gagal mengembangkan keterampilan baru yang sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja. Ini akan menghambat kemampuan ekonomi Indonesia untuk beradaptasi dengan perubahan global dan teknologi, yang pada gilirannya akan menghambat pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Cara mengatasi pengangguran struktural
Salah satu cara yang efektif untuk mengatasi pengangguran struktural adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang berkualitas akan memberikan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja. Dengan demikian, lulusan akan lebih siap untuk terjun ke dunia kerja dan memiliki peluang yang lebih baik untuk mendapatkan pekerjaan. Selain itu, pendidikan yang berkualitas juga membantu menciptakan jiwa wirausaha, sehingga mereka dapat menciptakan lapangan kerja bagi diri mereka sendiri dan orang lain.
Pelatihan kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar
Selain meningkatkan kualitas pendidikan, pelatihan kerja yang sesuai dengan kebutuhan pasar juga merupakan langkah yang penting dalam mengatasi pengangguran struktural. Pelatihan ini harus disesuaikan dengan tuntutan dan persyaratan pekerjaan yang ada di pasar kerja saat ini. Dengan pelatihan yang tepat, para pencari kerja akan memiliki keterampilan yang relevan dan dapat langsung diterapkan di tempat kerja. Hal ini akan meningkatkan peluang mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat mereka.
Kebijakan pemerintah yang mendukung pertumbuhan sektor-sektor ekonomi
Pemerintah juga memiliki peran penting dalam mengatasi pengangguran struktural melalui kebijakan yang mendukung pertumbuhan sektor-sektor ekonomi yang berpotensi menciptakan lapangan kerja. Dalam hal ini, pemerintah dapat memberikan insentif dan dukungan kepada sektor-sektor yang memiliki potensi pertumbuhan tinggi seperti industri manufaktur, pariwisata, teknologi informasi, dan sektor kreatif. Selain itu, pemerintah juga perlu mengurangi birokrasi yang berbelit-belit dan menciptakan iklim investasi yang kondusif bagi investor dalam rangka menciptakan lebih banyak lapangan kerja.
Tenaga kerja fleksibel dan adaptif
Pengangguran struktural dapat diatasi dengan memiliki tenaga kerja yang fleksibel dan adaptif. Hal ini berarti bahwa angkatan kerja harus memiliki kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan pasar kerja. Mereka harus siap mengganti pekerjaan jika sektor atau jenis pekerjaan tertentu mengalami penurunan permintaan. Fleksibilitas juga berarti mereka harus siap untuk belajar dan mengembangkan keterampilan baru sesuai dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan lapangan kerja. Dengan tenaga kerja yang fleksibel dan adaptif, pengangguran struktural dapat diatasi dengan lebih efektif.
Stimulasi sektor informal dan koperasi
Dalam mengatasi pengangguran struktural, pemerintah juga perlu memberikan stimulus dan dukungan kepada sektor informal dan koperasi. Sektor informal memiliki peran penting dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia, terutama di daerah pedesaan. Pemberian pelatihan dan kredit usaha mikro akan membantu sektor ini berkembang dan menciptakan lapangan kerja. Selain itu, pemerintah juga bisa memberikan insentif dan regulasi yang memudahkan pendirian dan pengembangan koperasi, yang dapat menjadi sumber lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Infrastruktur yang memadai
Terakhir, pembangunan infrastruktur yang memadai juga dapat membantu mengatasi pengangguran struktural. Infrastruktur yang baik dan modern menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang berpotensi menciptakan lapangan kerja. Infrastruktur seperti jalan raya, bandara, pelabuhan, dan koneksi internet yang cepat dapat mendorong investasi dan pertumbuhan sektor-sektor yang membutuhkan tenaga kerja. Dengan demikian, pembangunan infrastruktur yang memadai dapat membantu mengurangi tingkat pengangguran struktural di Indonesia.
Kesimpulan
Dalam artikel ini, kita telah membahas pengangguran struktural di Indonesia dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasinya. Pengangguran struktural merupakan masalah yang signifikan yang mempengaruhi banyak orang di negara ini. Namun, dengan tindakan yang tepat, masalah ini bisa diatasi.
Pertama-tama, peningkatan pendidikan adalah langkah penting untuk mengurangi pengangguran struktural. Dengan meningkatkan kualitas pendidikan, lulusan akan lebih siap untuk memasuki pasar kerja dan dapat berkompetisi dengan baik. Pendidikan yang baik akan memperkuat keterampilan dan pengetahuan tenaga kerja, sehingga meningkatkan peluang mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
Selain peningkatan pendidikan, pelatihan kerja juga menjadi faktor penting dalam mengatasi pengangguran struktural. Pelatihan kerja akan membantu menyesuaikan keahlian tenaga kerja dengan permintaan pasar. Dengan memperoleh keterampilan yang sesuai dengan permintaan pasar, individu akan memiliki peluang yang lebih baik untuk menemukan pekerjaan yang cocok. Oleh karena itu, pelatihan kerja yang efektif menjadi penting dalam mengurangi pengangguran struktural di Indonesia.
Dukungan kebijakan pemerintah juga sangat penting dalam mengatasi pengangguran struktural. Pemerintah perlu mengadopsi kebijakan yang fokus pada penciptaan lapangan kerja yang sesuai dengan kemampuan tenaga kerja. Dukungan ini dapat berupa insentif untuk perusahaan yang menciptakan lapangan kerja baru, pembuatan program-program pelatihan kerja, dan meningkatkan kerja sama dengan sektor swasta. Pemerintah juga harus terlibat dalam memperkuat hubungan antara perguruan tinggi dan dunia industri untuk memastikan bahwa lulusan memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
Secara keseluruhan, pengangguran struktural adalah masalah yang kompleks dan sulit untuk diatasi. Namun, dengan peningkatan pendidikan, pelatihan kerja, dan dukungan kebijakan pemerintah yang tepat, masalah ini dapat diatasi. Semua pihak, termasuk pemerintah, sektor swasta, dan individu, perlu bekerjasama untuk mencapai tujuan ini. Dengan adanya tindakan yang tepat, diharapkan pengangguran struktural di Indonesia dapat dikurangi, sehingga masyarakat dapat menikmati perekonomian yang lebih stabil dan berkelanjutan.
1. Apa itu pengangguran struktural?
Pengangguran struktural adalah jenis pengangguran yang terjadi karena ketidaksesuaian antara keterampilan dan kualifikasi tenaga kerja dengan permintaan di pasar tenaga kerja.
Jawaban: Pengangguran struktural terjadi ketika terdapat ketidaksesuaian antara keterampilan tenaga kerja dengan permintaan pasar. Misalnya, jika terlalu banyak tenaga kerja terlatih dalam industri tertentu yang mengalami penurunan permintaan, dan terlalu sedikit peluang kerja dalam industri yang sedang berkembang, maka pengangguran struktural akan terjadi.
2. Apa yang menyebabkan pengangguran struktural?
Pengangguran struktural disebabkan oleh beberapa faktor seperti perubahan teknologi, pergeseran pola konsumsi, dan perubahan struktural dalam perekonomian.
Jawaban: Pengangguran struktural dapat disebabkan oleh adanya perubahan teknologi yang membuat keterampilan yang tidak relevan atau usang; pergeseran pola konsumsi masyarakat yang mengakibatkan penurunan permintaan barang/jasa dari suatu sektor; atau perubahan struktural dalam perekonomian seperti pengurangan peran industri tertentu dalam ekonomi.
3. Bagaimana cara mengatasi pengangguran struktural?
Untuk mengatasi pengangguran struktural, diperlukan upaya untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja melalui pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan permintaan pasar. Selain itu, perlu juga adanya diversifikasi ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja baru di sektor-sektor yang berkembang.
Jawaban: Mengatasi pengangguran struktural membutuhkan upaya untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja melalui pendidikan dan pelatihan yang bersesuaian dengan kebutuhan pasar. Hal ini dapat dilakukan dengan membentuk kemitraan antara pemerintah, perguruan tinggi, dan industri untuk menyelaraskan penawaran dan permintaan keterampilan. Selain itu, pemerintah juga perlu mendorong diversifikasi ekonomi dengan memberikan insentif kepada sektor-sektor yang berkembang, sehingga dapat menciptakan lapangan kerja baru.
4. Apa peran pemerintah dalam mengatasi pengangguran struktural?
Peran pemerintah sangat penting dalam mengatasi pengangguran struktural. Pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendukung pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar, serta mendorong pembangunan ekonomi yang beragam untuk menciptakan lapangan kerja baru.
Jawaban: Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatasi pengangguran struktural. Mereka dapat menciptakan kebijakan yang mendorong pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar. Selain itu, pemerintah juga dapat memberikan insentif kepada sektor-sektor yang berkembang untuk menciptakan lapangan kerja baru. Pemerintah juga dapat mengadopsi kebijakan fiskal dan moneter yang tepat untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan pemulihan pasca krisis.
5. Apa yang dapat dilakukan oleh individu untuk mengatasi pengangguran struktural?
Individu dapat mengatasi pengangguran struktural dengan meningkatkan keterampilan dan kualifikasinya melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengikuti perkembangan tren pasar tenaga kerja.
Jawaban: Individu dapat mengatasi pengangguran struktural dengan meningkatkan keterampilan dan pendidikan mereka. Mereka dapat mengikuti pelatihan atau kursus yang relevan dengan permintaan pasar, serta mengikuti perkembangan tren dalam bidang pekerjaan tertentu. Selain itu, mencari peluang kerja di sektor-sektor yang masih berkembang juga dapat membantu mengurangi pengangguran struktural.
6. Apa peran sektor swasta dalam mengatasi pengangguran struktural?
Sektor swasta memiliki peran penting dalam mengatasi pengangguran struktural dengan berinvestasi dalam pelatihan tenaga kerja sesuai dengan kebutuhan dan meningkatkan kemitraan dengan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan untuk memastikan relevansi keterampilan dengan permintaan pasar.
Jawaban: Sektor swasta memiliki peran penting dalam mengatasi pengangguran struktural. Mereka dapat berinvestasi dalam pelatihan tenaga kerja untuk memastikan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri. Selain itu, kemitraan dengan perguruan tinggi dan lembaga pendidikan juga dapat membantu mengarahkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pasar.
7. Apakah diversifikasi ekonomi bisa menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran struktural?
Diversifikasi ekonomi dapat menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran struktural. Dengan mengembangkan sektor-sektor ekonomi baru, akan tercipta lapangan kerja baru yang dapat menyerap tenaga kerja yang sebelumnya menganggur.
Jawaban: Ya, diversifikasi ekonomi dapat menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran struktural. Dengan mengembangkan sektor-sektor ekonomi baru yang memiliki potensi pertumbuhan, peluang kerja baru dapat diciptakan. Hal ini akan menyebabkan penyerapan tenaga kerja yang sebelumnya menganggur, serta mengurangi ketimpangan antara penawaran dan permintaan tenaga kerja.
8. Apakah pengangguran struktural hanya terjadi di negara maju?
Pengangguran struktural tidak hanya terjadi di negara maju, tetapi juga dapat terjadi di negara berkembang. Ketidaksesuaian antara keterampilan dan permintaan pasar tenaga kerja dapat terjadi di mana saja, terlepas dari tingkat perkembangan ekonomi suatu negara.
Jawaban: Tidak, pengangguran struktural tidak hanya terjadi di negara maju. Meskipun tingkat pengangguran struktural mungkin lebih tinggi di negara-negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang lebih tinggi, pengangguran struktural juga dapat terjadi di negara berkembang. Perubahan teknologi dan pergeseran struktural dalam perekonomian adalah faktor yang berpengaruh terhadap pengangguran struktural, terlepas dari tingkat perkembangan suatu negara.
9. Apakah pengangguran struktural dapat dihilangkan sepenuhnya?
Pengangguran struktural mungkin tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, karena adanya perubahan konstan dalam kebutuhan pasar tenaga kerja dan tren ekonomi. Namun, dengan upaya yang tepat, pengangguran struktural dapat dikurangi dan dikelola dengan lebih baik.
Jawaban: Pengangguran struktural mungkin tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, tetapi dapat dikelola dengan lebih baik melalui berbagai langkah yang disebutkan sebelumnya. Dengan meningkatkan keterampilan tenaga kerja dan diversifikasi ekonomi, pengangguran struktural dapat ditekan. Namun, perubahan konstan dalam kebutuhan pasar tenaga kerja dan tren ekonomi akan selalu mempengaruhi tingkat pengangguran struktural.
10. Bagaimana pengaruh pengangguran struktural terhadap pertumbuhan ekonomi?
Pengangguran struktural dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena menyebabkan pemborosan sumber daya manusia yang potensial. Keterampilan dan bakat individu yang tidak digunakan secara optimal akan mengurangi produktivitas dan inovasi di dalam suatu ekonomi.
Jawaban: Pengangguran struktural dapat memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketidaksesuaian antara keterampilan dan permintaan pasar tenaga kerja dapat menghambat produktivitas tenaga kerja. Selain itu, pengangguran struktural juga dapat mengurangi inovasi dan perkembangan industri karena tidak termanfaatkannya bakat dan keterampilan individu yang sesuai dengan kebutuhan pasar.
11. Apakah pengangguran struktural dapat menyebabkan kemiskinan?
Pengangguran struktural dapat menyebabkan kemiskinan karena menghalangi akses individu terhadap lapangan kerja yang sesuai dengan keterampilan dan kualifikasi mereka. Hal ini dapat berdampak pada ketidakstabilan keuangan serta kesulitan memenuhi kebutuhan dasar.
Jawaban: Ya, pengangguran struktural dapat menyebabkan kemiskinan. Ketika individu tidak dapat mengakses pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan kualifikasinya, pendapatan mereka yang lebih rendah dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan dan kesulitan memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, perumahan, dan pendidikan.
12. Apakah pengangguran struktural dapat mempengaruhi stabilitas sosial?
Pengangguran struktural dapat mempengaruhi stabilitas sosial karena dapat meningkatkan ketegangan sosial dan ketimpangan ekonomi. Ketidakadilan dalam distribusi lapangan kerja dan kesenjangan pendapatan dapat memicu konflik dan ketidakpuasan sosial.
Jawaban: Ya, pengangguran struktural dapat mempengaruhi stabilitas sosial. Ketidakadilan dalam distribusi lapangan kerja dan kesenjangan pendapatan dapat menciptakan ketegangan sosial, frustrasi, dan ketidakpuasan masyarakat. Hal ini dapat berpotensi memicu konflik sosial, kerusuhan, atau ketidakstabilan dalam masyarakat.
13. Apakah kebijakan pemerintah memiliki dampak dalam mengurangi pengangguran struktural?
Kebijakan pemerintah memiliki dampak dalam mengurangi pengangguran struktural karena mereka dapat menciptakan lanskap yang kondusif bagi pengembangan keterampilan, diversifikasi ekonomi, dan penciptaan lapangan kerja baru.
Jawaban: Ya, kebijakan pemerintah memiliki peran penting dalam mengurangi pengangguran struktural. Melalui kebijakan yang mendukung pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan industri, serta insentif bagi sektor-sektor baru yang berkembang, pemerintah dapat menciptakan lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran struktural.