Definisi Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural terjadi ketika individu tidak memiliki keterampilan atau kualifikasi yang sesuai untuk pekerjaan yang tersedia di pasar tenaga kerja. Hal ini dapat terjadi karena perubahan struktural dalam perekonomian, teknologi yang berkembang pesat, atau kesenjangan antara persyaratan pekerjaan dan kualifikasi penduduk.
Pengangguran struktural biasanya merupakan masalah jangka panjang, karena individu yang mengalami pengangguran ini sulit untuk menemukan pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasinya. Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan perekonomian, permintaan pasar tenaga kerja juga berubah.
Contohnya, beberapa pekerjaan yang dulu banyak diminati, seperti operator telepon atau pengetik, kini sudah jarang dibutuhkan karena adanya teknologi yang dapat menggantikan peran mereka. Individu yang sebelumnya bekerja di bidang ini mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk beradaptasi dengan pekerjaan yang baru.
Selain itu, struktur demografi suatu negara juga dapat berperan dalam terjadinya pengangguran struktural. Jika populasi suatu negara terdiri dari mayoritas lulusan dalam satu bidang tertentu, misalnya lulusan teknik, namun pasar tenaga kerja tidak memiliki permintaan yang cukup tinggi untuk lulusan teknik tersebut, maka akan terjadi pengangguran struktural bagi lulusan teknik tersebut.
Untuk mengatasi pengangguran struktural, diperlukan upaya yang melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan perusahaan. Salah satu langkah yang dapat diambil adalah dengan meningkatkan keterampilan dan kualifikasi individu agar sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja.
Pemerintah dapat mengadakan program pelatihan dan pendidikan yang fokus pada pengembangan keterampilan yang dibutuhkan di pasar tenaga kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan bekerja sama dengan industri atau perusahaan yang membutuhkan keterampilan tersebut.
Perusahaan juga dapat berperan dengan memberikan peluang kerja kepada individu yang mengalami pengangguran struktural, meskipun mereka tidak memiliki kualifikasi atau pengalaman yang cukup. Dengan memberikan pelatihan atau program magang, individu tersebut dapat memperoleh keterampilan yang dibutuhkan sehingga dapat beradaptasi dengan pekerjaan yang tersedia.
Selain itu, lembaga pendidikan juga perlu berperan dalam mengatasi pengangguran struktural. Mereka dapat memperbarui kurikulum mereka agar lebih sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan konsultasi dengan industri atau perusahaan untuk memahami kebutuhan mereka.
Secara keseluruhan, mengatasi pengangguran struktural merupakan tantangan yang kompleks dan membutuhkan kerjasama dari berbagai pihak. Diperlukan adanya upaya yang terus-menerus dalam mengembangkan keterampilan dan kualifikasi individu agar sesuai dengan permintaan pasar tenaga kerja, serta penyesuaian kurikulum pendidikan yang lebih responsif terhadap perkembangan pasar tenaga kerja.
Penyebab Terjadinya Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang berkaitan dengan struktur ekonomi, perkembangan teknologi, dan kurangnya pendidikan atau pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. Faktor-faktor tersebut akan dibahas secara lebih detail di bawah ini.
1. Perubahan Struktural dalam Ekonomi
Perubahan struktural dalam ekonomi dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya pengangguran struktural. Hal ini terjadi ketika terjadi pergeseran permintaan pasar dari sektor ekonomi yang menghasilkan lapangan kerja yang banyak ke sektor ekonomi yang kurang menyerap tenaga kerja. Contohnya adalah ketika terjadi penurunan permintaan terhadap produk-produk pertanian tradisional karena adanya substitusi produk dengan teknologi modern seperti mesin yang dapat mempercepat produksi dan meningkatkan efisiensi.
Perubahan struktural juga dapat terjadi akibat berbagai kebijakan pemerintah yang mengubah orientasi dan prioritas sektor ekonomi, seperti peningkatan fokus pada sektor industri atau sektor jasa. Peningkatan fokus pada sektor yang kurang padat karya dapat menyebabkan pengangguran struktural di sektor-sektor yang mengalami penurunan permintaan tenaga kerja.
2. Perkembangan Teknologi
Perkembangan teknologi juga dapat menjadi penyebab terjadinya pengangguran struktural. Perkembangan teknologi yang pesat dapat menggantikan peran tenaga kerja manusia dengan mesin atau sistem otomatisasi yang lebih efisien. Misalnya, penggunaan mesin otomatis dalam industri manufaktur dapat mengurangi kebutuhan akan tenaga kerja manual. Akibatnya, banyak pekerja di sektor tersebut kehilangan pekerjaan dan mengalami pengangguran struktural karena kurangnya pengetahuan atau keterampilan dalam mengoperasikan dan memelihara mesin-mesin tersebut.
Perkembangan teknologi juga bisa menciptakan lapangan kerja baru di sektor-sektor yang berkaitan dengan teknologi, tetapi pekerja yang kehilangan pekerjaan di sektor-sektor tradisional mungkin tidak memiliki keterampilan atau pendidikan yang relevan untuk mengisi posisi-posisi baru tersebut. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan untuk mendapatkan pekerjaan baru dan mengalami pengangguran struktural.
3. Kurangnya Pendidikan atau Pelatihan yang Sesuai
Kurangnya pendidikan atau pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja juga dapat menjadi penyebab terjadinya pengangguran struktural. Banyaknya lulusan sekolah atau perguruan tinggi yang tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan permintaan pasar kerja dapat menyebabkan sulitnya mereka mendapatkan pekerjaan. Misalnya, jika pasar tenaga kerja membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian di bidang teknologi informasi, tetapi lulusan-lulusan yang ada justru memiliki latar belakang pendidikan yang tidak relevan atau kurang memadai, maka mereka akan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan dan mengalami pengangguran struktural.
Hal yang sama juga berlaku bagi mereka yang sudah bekerja tetapi tidak memiliki keterampilan atau pelatihan yang memadai. Perkembangan teknologi yang pesat membuat banyak pekerja harus menguasai teknologi baru atau mengikuti perkembangan tren di sektor kerja mereka. Jika mereka tidak mampu mengikuti perkembangan tersebut, mereka dapat kehilangan pekerjaan dan mengalami pengangguran struktural.
Dalam mengatasi pengangguran struktural, diperlukan upaya untuk mengurangi kesenjangan antara kualifikasi pekerja dengan kebutuhan pasar kerja melalui peningkatan pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan perkembangan ekonomi dan teknologi. Selain itu, pemilihan kebijakan ekonomi yang tepat untuk menjaga keseimbangan antara sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja dapat membantu mengatasi pengangguran struktural di Indonesia.
Upaya Mengatasi Pengangguran Struktural
Pengangguran struktural adalah masalah serius yang dihadapi oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Untuk mengatasi pengangguran struktural, perlu ada upaya yang terkoordinasi dari berbagai pihak terkait, baik pemerintah maupun masyarakat. Beberapa langkah dapat dilakukan untuk mengurangi pengangguran struktural, di antaranya adalah meningkatkan pendidikan dan pelatihan, memfasilitasi perubahan karir, dan mendorong kewirausahaan.
Meningkatkan Pendidikan dan Pelatihan
Salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengangguran struktural adalah meningkatkan pendidikan dan pelatihan. Dengan memberikan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan pasar kerja, para pencari kerja akan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sesuai dengan tuntutan industri. Selain itu, pelatihan juga dapat membantu para pencari kerja memperbarui keterampilan mereka agar tetap relevan di era yang terus berkembang.
Untuk meningkatkan pendidikan dan pelatihan, pemerintah dapat memberikan dana tambahan untuk memperluas akses pendidikan, baik formal maupun non-formal. Program beasiswa juga dapat diberikan untuk mendorong orang-orang yang kurang mampu secara finansial untuk melanjutkan pendidikan. Selain itu, perlu diperkuat kerja sama antara dunia pendidikan dengan dunia industri agar lulusan memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Memfasilitasi Perubahan Karir
Pengangguran struktural sering terjadi karena adanya perubahan dalam struktur industri atau perkembangan teknologi yang mempengaruhi kebutuhan tenaga kerja. Oleh karena itu, penting untuk memfasilitasi perubahan karir bagi mereka yang terkena dampak perubahan struktural tersebut.
Salah satu cara untuk memfasilitasi perubahan karir adalah dengan menyediakan pelatihan dan bimbingan bagi para pencari kerja yang ingin beralih ke sektor industri yang sedang berkembang. Pemerintah maupun lembaga swasta dapat bekerjasama untuk menyediakan program pelatihan khusus yang mempersiapkan para pencari kerja untuk pekerjaan di sektor-sektor yang membutuhkan tenaga kerja baru.
Perusahaan juga dapat berperan aktif dalam memfasilitasi perubahan karir karyawannya. Mereka dapat memberikan program pengembangan keterampilan dan kesempatan untuk rotasi jabatan bagi karyawan yang ingin mengikuti perubahan struktural di perusahaan tersebut.
Mendorong Kewirausahaan
Kewirausahaan dapat menjadi solusi untuk mengatasi pengangguran struktural, terutama dengan adanya inovasi dan penciptaan lapangan kerja baru. Mendorong kewirausahaan dapat dilakukan dengan memberikan akses modal usaha, pelatihan kewirausahaan, serta dukungan dalam mengembangkan bisnis.
Pemerintah dapat memberikan kebijakan dan insentif untuk mendorong masyarakat untuk menjadi pengusaha. Misalnya, dengan memberikan fasilitas perpajakan yang menguntungkan atau menyediakan akses ke pasar untuk produk-produk usaha kecil dan menengah.
Selain itu, lembaga keuangan dapat menyediakan akses pembiayaan yang mudah bagi para calon pengusaha. Pemerintah juga dapat membentuk inkubator bisnis dan ruang kerja bersama yang memfasilitasi pengembangan usaha baru serta pertukaran ide dan pengalaman antarwirausahawan.
Pengangguran struktural bukanlah masalah yang mudah diatasi, tetapi dengan langkah-langkah yang tepat, permasalahan ini dapat diatasi. Meningkatkan pendidikan dan pelatihan, memfasilitasi perubahan karir, dan mendorong kewirausahaan adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengatasi pengangguran struktural di Indonesia.
Peran Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran Struktural
Pemerintah memiliki peran penting dalam mengatasi pengangguran struktural di Indonesia. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai kebijakan yang ditujukan untuk penyediaan pendidikan dan pelatihan yang terjangkau, pembuatan kebijakan mitigasi perubahan struktural, dan pemberian dukungan keuangan bagi kewirausahaan.
Penyediaan Pendidikan dan Pelatihan yang Terjangkau
Salah satu cara efektif yang dapat dilakukan oleh pemerintah untuk mengatasi pengangguran struktural adalah dengan menyediakan pendidikan dan pelatihan yang terjangkau bagi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui program-program beasiswa atau subsidi pendidikan yang memungkinkan masyarakat dengan latar belakang ekonomi rendah untuk mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik. Dengan meningkatnya kualifikasi dan keterampilan tenaga kerja, diharapkan mereka dapat lebih mudah memasuki pasar kerja dan mengatasi pengangguran struktural.
Pembuatan Kebijakan Mitigasi Perubahan Struktural
Pemerintah juga perlu membuat kebijakan mitigasi perubahan struktural guna mengatasi pengangguran struktural. Ketika terjadi perubahan besar dalam struktur perekonomian, beberapa sektor atau pekerjaan dapat mengalami penurunan permintaan atau bahkan punah. Oleh karena itu, pemerintah perlu memiliki kebijakan yang dapat membantu pekerja yang terdampak perubahan ini untuk beralih ke sektor atau pekerjaan lain yang masih memiliki potensi pertumbuhan. Kebijakan ini dapat berupa program pelatihan, bantuan modal usaha, atau program pengalihan karir bagi pekerja yang terdampak perubahan struktural.
Pemberian Dukungan Keuangan bagi Kewirausahaan
Salah satu solusi untuk mengatasi pengangguran struktural adalah dengan mendorong kewirausahaan. Pemerintah dapat memberikan dukungan keuangan bagi para calon pengusaha atau usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang memiliki potensi untuk menciptakan lapangan kerja baru. Dukungan ini dapat berupa akses modal usaha melalui program kredit mikro atau bantuan pendanaan bagi UMKM yang telah memenuhi syarat. Dengan demikian, diharapkan dapat mendorong munculnya lapangan kerja baru dan mengurangi pengangguran struktural.
Manfaat Mengatasi Pengangguran Struktural
Mengatasi pengangguran struktural memiliki manfaat yang signifikan bagi perkembangan ekonomi Indonesia. Langkah-langkah untuk mengatasi pengangguran struktural yang efektif akan memberikan berbagai keuntungan seperti peningkatan tingkat keterampilan dan produktivitas tenaga kerja, pengurangan kesenjangan ekonomi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Peningkatan Keterampilan dan Produktivitas Tenaga Kerja
Mengatasi pengangguran struktural memungkinkan pemerintah dan pemangku kepentingan terkait untuk fokus pada peningkatan keterampilan tenaga kerja. Dengan mengidentifikasi sektor-sektor ekonomi yang mengalami kesulitan dalam mencari pekerja berkompeten, program pelatihan kerja dapat dikembangkan untuk membantu mengisi kekosongan tersebut.
Peningkatan keterampilan melalui pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar akan meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar kerja. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang relevan dengan permintaan pasar akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan memiliki peluang untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.
Peningkatan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja juga akan berdampak positif pada sektor ekonomi. Dengan kehadiran tenaga kerja yang kompeten, sektor-sektor ekonomi yang memerlukan keterampilan khusus akan dapat berkembang lebih baik dan meningkatkan produktivitas mereka.
Pengurangan Kesenjangan Ekonomi
Pengangguran struktural seringkali menyebabkan kesenjangan ekonomi antara individu yang memiliki keterampilan yang relevan dengan permintaan pasar dan mereka yang tidak. Dengan mengatasi pengangguran struktural, kesenjangan tersebut dapat dikurangi.
Program pelatihan kerja yang difokuskan pada individu yang menganggur karena kurangnya keterampilan akan membantu mereka memperoleh keterampilan yang dibutuhkan di pasar kerja. Dalam jangka panjang, ini akan mendorong mobilitas sosial dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Pengurangan kesenjangan ekonomi memiliki dampak positif dalam memperkuat stabilitas sosial masyarakat. Dengan meminimalkan kesenjangan sosial dan ekonomi, risiko konflik dan ketidakstabilan sosial yang disebabkan oleh ketimpangan ekonomi dapat dikurangi.
Pertumbuhan Ekonomi yang Berkualitas dan Berkelanjutan
Mengatasi pengangguran struktural berkontribusi pada upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan. Dengan kehadiran tenaga kerja yang berkualitas, sektor-sektor ekonomi akan dapat beroperasi dengan efisien.
Tenaga kerja yang memiliki keterampilan relevan dan produktivitas tinggi akan meningkatkan daya saing sektor-sektor ekonomi di tingkat nasional maupun internasional. Dampaknya dapat dirasakan dalam bentuk peningkatan investasi, ekspor, serta pengembangan sektor baru yang inovatif.
Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan juga berarti adanya stabilitas dan kesinambungan dalam menciptakan lapangan kerja. Dengan mengatasi pengangguran struktural, tingkat pengangguran akan berkurang secara signifikan, memberikan dengan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Secara keseluruhan, mengatasi pengangguran struktural di Indonesia memiliki manfaat yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi negara. Peningkatan keterampilan dan produktivitas tenaga kerja, pengurangan kesenjangan ekonomi, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan adalah beberapa manfaat signifikan yang akan diperoleh melalui langkah-langkah yang efektif dalam mengatasi pengangguran struktural.
1. Apa yang dimaksud dengan pengangguran struktural?
Pengangguran struktural adalah bentuk pengangguran yang terjadi ketika terjadi ketimpangan antara keahlian dan kualifikasi tenaga kerja dengan kebutuhan pasar tenaga kerja.
Jawaban: Pengangguran struktural terjadi ketika terdapat kesenjangan antara keahlian tenaga kerja dengan kebutuhan pasar kerja. Hal ini mungkin disebabkan oleh perubahan teknologi atau pergeseran industri tertentu.
2. Mengapa pengangguran struktural menjadi masalah?
Pengangguran struktural dapat menyebabkan tingkat pengangguran yang tinggi dan berkepanjangan, yang pada gilirannya dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan menyebabkan kemiskinan serta ketidaksetaraan.
Jawaban: Pengangguran struktural menjadi masalah karena dapat menyebabkan ketidakcocokan antara keahlian tenaga kerja dengan kebutuhan pasar kerja, menghambat pertumbuhan ekonomi, serta menyebabkan kemiskinan dan ketidaksetaraan.
3. Apa perbedaan antara pengangguran struktural dan pengangguran siklikal?
Pengangguran struktural terjadi karena ketimpangan antara keahlian tenaga kerja dan kebutuhan pasar kerja, sedangkan pengangguran siklikal berkaitan dengan fluktuasi ekonomi dan permintaan yang lemah.
Jawaban: Perbedaan antara pengangguran struktural dan pengangguran siklikal adalah pengangguran struktural disebabkan oleh ketimpangan keahlian tenaga kerja dan kebutuhan pasar kerja, sedangkan pengangguran siklikal berkaitan dengan fluktuasi ekonomi dan permintaan yang lemah.
4. Apa dampak negatif dari pengangguran struktural?
Pengangguran struktural dapat menyebabkan kemiskinan, ketidaksetaraan pendapatan, penurunan kualitas hidup, dan hilangnya keterampilan tenaga kerja.
Jawaban: Dampak negatif pengangguran struktural meliputi kemiskinan, ketidaksetaraan pendapatan, penurunan kualitas hidup, dan kehilangan keterampilan tenaga kerja.
5. Bagaimana cara mengatasi pengangguran struktural?
Pengangguran struktural dapat diatasi melalui program pelatihan dan pendidikan yang menjembatani kesenjangan keahlian, diversifikasi ekonomi, serta penerapan kebijakan yang mendorong pertumbuhan industri yang membutuhkan tenaga kerja.
Jawaban: Pengangguran struktural dapat diatasi dengan melaksanakan program pelatihan dan pendidikan yang menjembatani kesenjangan keahlian, mendorong diversifikasi ekonomi, dan mengimplementasikan kebijakan yang memfasilitasi pertumbuhan industri yang membutuhkan tenaga kerja.
6. Apa peran pemerintah dalam mengatasi pengangguran struktural?
Pemerintah dapat berperan sebagai fasilitator dalam menyelenggarakan program pelatihan dan pendidikan, mendorong kerjasama antara sektor publik dan swasta, serta menciptakan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Jawaban: Peran pemerintah dalam mengatasi pengangguran struktural adalah sebagai fasilitator dalam menyelenggarakan program pelatihan dan pendidikan, mendorong kerjasama antara sektor publik dan swasta, serta menciptakan kebijakan yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
7. Apakah pengangguran struktural hanya terjadi pada tingkat nasional?
Pengangguran struktural dapat terjadi pada tingkat nasional maupun regional, tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi pasar tenaga kerja pada area tersebut.
Jawaban: Pengangguran struktural tidak hanya terjadi pada tingkat nasional, tetapi juga dapat terjadi pada tingkat regional tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhi pasar tenaga kerja di wilayah tersebut.
8. Apakah pekerja yang mengalami pengangguran struktural dapat kembali bekerja dengan keahlian yang dimiliki?
Pekerja yang mengalami pengangguran struktural dapat kembali bekerja dengan mengikuti program pelatihan dan pendidikan untuk meningkatkan keahlian mereka sesuai dengan kebutuhan pasar kerja.
Jawaban: Ya, pekerja yang mengalami pengangguran struktural memiliki peluang untuk kembali bekerja dengan meningkatkan keahlian mereka melalui program pelatihan dan pendidikan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja.
9. Apa peran sektor swasta dalam mengatasi pengangguran struktural?
Sektor swasta dapat berperan dalam menyediakan pelatihan kerja, bekerja sama dengan pemerintah dalam program pengembangan keahlian, serta membuka peluang kerja dengan mengembangkan industri baru.
Jawaban: Peran sektor swasta dalam mengatasi pengangguran struktural adalah menyediakan pelatihan kerja, bekerja sama dengan pemerintah dalam program pengembangan keahlian, dan membuka peluang kerja melalui pengembangan industri baru.
10. Apakah pengangguran struktural dapat diatasi sepenuhnya?
Pengangguran struktural sulit untuk diatasi sepenuhnya karena perubahan ekonomi dan teknologi akan terus terjadi, yang mengharuskan pembaruan dan penyesuaian keahlian tenaga kerja secara berkelanjutan.
Jawaban: Pengangguran struktural sulit untuk diatasi sepenuhnya karena perubahan ekonomi dan teknologi yang terus terjadi. Namun, upaya yang berkelanjutan untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja dapat membantu mengurangi dampak pengangguran struktural.
11. Apa yang dapat dilakukan oleh individu untuk mengatasi pengangguran struktural?
Individu dapat mengambil inisiatif untuk meningkatkan keahlian mereka melalui pendidikan lanjutan, pelatihan tambahan, dan mengikuti perkembangan teknologi terkini untuk memperkuat daya saing di pasar kerja.
Jawaban: Individu dapat mengatasi pengangguran struktural dengan meningkatkan keahlian melalui pendidikan lanjutan, pelatihan tambahan, dan mengikuti perkembangan terkini dalam industri yang mereka minati.
12. Apakah pengangguran struktural dapat dihubungkan dengan perubahan demografi?
Ya, perubahan demografi seperti penuaan populasi dan penurunan pertumbuhan populasi dapat berdampak pada pengangguran struktural, terutama dalam hal penyesuaian keahlian tenaga kerja.
Jawaban: Perubahan demografi seperti penuaan populasi dan penurunan pertumbuhan populasi dapat berdampak pada pengangguran struktural. Penyesuaian keahlian tenaga kerja menjadi penting dalam menghadapi perubahan demografi ini.
13. Apakah globalisasi mempengaruhi pengangguran struktural?
Globalisasi dapat mempengaruhi pengangguran struktural dengan membuka peluang kerja baru melalui keterbukaan pasar global, namun juga dapat memperkuat persaingan di pasar tenaga kerja global.
Jawaban: Globalisasi dapat mempengaruhi pengangguran struktural dengan membuka peluang kerja baru melalui keterbukaan pasar global. Namun, hal ini juga dapat meningkatkan persaingan di pasar tenaga kerja global, yang dapat mempengaruhi kecocokan antara keahlian tenaga kerja dan kebutuhan pasar kerja.